Saat Pilkada Kenali Para Gubernur Jakarta: Dari Jaman Jepang Hingga Era Digital
Saat ini Jakarta sedang sibuk Pilkada 2024 dengan tiga pasang bakal calon, Ridwan Kamil – Suswono, yang diusung 14 partai politik; Pramono Anung – Rano Karno, yang hanya diusung oleh PDI Perjuangan. Yang menarik, pada Pilkada kali ini ada calon independent, Dhama – Kun.
Sambil menantikan hari kampanye resmi dan pencoblosan,
sepertinya menarik untuk mengenal gubernur-gubernur Jakarta dari masa ke masa,
termasuk peran dan kontribusi mereka untuk Jakarta, serta informasi mengenai
gubernur terakhir pada masa pendudukan Jepang:
Soeprapto adalah
gubernur pertama Jakarta setelah kota ini berubah status menjadi Daerah Khusus
Ibukota (DKI). Ia dikenal karena membangun fondasi administrasi kota dan
memperkenalkan Rencana Induk Jakarta 1965-1985 yang bertujuan mengatasi
permasalahan tata kota dan urbanisasi.
Henk Ngantung
adalah seniman dan pelukis yang terkenal dengan rencana pembangunan monumen dan
patung di Jakarta, termasuk Patung Selamat Datang di Bundaran HI. Namun, masa
jabatannya singkat karena pergolakan politik saat itu.
Salah satu gubernur
yang paling terkenal, Ali Sadikin dikenal karena modernisasi Jakarta. Ia
membangun infrastruktur, seperti jalan raya, pasar, rumah sakit, dan fasilitas
olahraga. Ali juga menertibkan permukiman liar dan memperkenalkan pajak judi
untuk pendapatan daerah.
Tjokropranolo
melanjutkan proyek-proyek infrastruktur dari pendahulunya, dengan fokus pada
pembangunan jalan dan jembatan. Ia juga berusaha menangani masalah banjir dan
transportasi di Jakarta.
Soeprapto berfokus
pada peningkatan fasilitas umum dan memperluas ruang hijau di Jakarta. Ia juga
memperkenalkan program kebersihan kota dan pembangunan perumahan rakyat.
Wiyogo berfokus
pada penataan lalu lintas dan memperkenalkan sistem tiga-in-one (sistem ganjil
genap). Ia juga menggalakkan program penghijauan kota untuk memperbaiki
kualitas lingkungan.
Di bawah
kepemimpinannya, Jakarta mengalami kemajuan di bidang transportasi dengan
pembukaan jalur bus TransJakarta dan pembangunan jalan layang. Ia juga
menangani berbagai masalah sosial, termasuk perumahan kumuh.
Sutiyoso memulai
proyek pembangunan transportasi massal, seperti TransJakarta, dan proyek
revitalisasi kota tua. Ia juga menangani masalah banjir dengan pembangunan
Banjir Kanal Timur.
Dikenal sebagai
"Bang Foke," Fauzi Bowo memperkenalkan program-program pro rakyat,
seperti Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Ia juga berupaya
mengurangi kemacetan dengan pembangunan jalan layang dan jalur busway.
Sebelum menjadi
Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) berfokus pada reformasi birokrasi,
transparansi, dan proyek peremajaan kota, seperti revitalisasi pasar
tradisional dan pembangunan waduk untuk mengatasi banjir.
Dikenal sebagai
Ahok, ia meneruskan proyek-proyek Jokowi dan mempercepat modernisasi birokrasi
dengan sistem transparansi. Ahok juga memperkenalkan aplikasi pengaduan publik
dan berfokus pada penanganan banjir dan kemacetan.
Menyelesaikan sisa
masa jabatan Ahok, Djarot fokus pada penataan PKL dan revitalisasi kawasan
wisata seperti Kota Tua dan Kali Besar.
Anies berfokus pada
peningkatan kualitas hidup warga Jakarta dengan program Rumah DP Nol Rupiah,
Jak Lingko (integrasi transportasi publik), dan revitalisasi trotoar. Ia juga
menginisiasi program Jakarta E-Prix dan berbagai kegiatan internasional untuk
mendongkrak pariwisata.
Sebagai Penjabat
Gubernur, Heru melanjutkan program-program dari gubernur sebelumnya dan fokus
pada pengendalian banjir, penataan transportasi, dan revitalisasi daerah-daerah
kumuh di Jakarta.
Saat Pilkada 2024 ini, warga Jakarta punya peluang besar untuk memilih salah satu pasangan calon dari tiga yang telah terdaftar di KPUD Jakarta, bukan hanya satu calon yang melawan kotak kosong. Berkat keputusan Mahkamah Konstitusi, Jakarta punya pilihan, sehingga tahu visi dan misi semua calon, bukan dimonopoli oleh satu pasang saja.
Comments
Post a Comment