40 Hari Tragedi Kanjuruhan. Kenangan Pilu Sepakbola & Kemanusiaan
Pertandingan sepakbola di hati para penggemarnya, bukanlah sekadar permainan salah satu cabang olahraga yang mereka begitu sukai - terbukti bahwa di dunia sepakbola ada ikatan unik, bahkan ikatan batin antara club atau tim yang mereka cintai. Yang mungkin tidak begitu disadari, ikatan batin itu juga merupakan bagaian dari kebudayaan yang mengikat mereka untuk bersatu mendukung club yang mereka sayangi.
Tidak selalu sepakbola hanya digemari oleh kaum lelaki atau berkaitan dengan sikap jantan para pria. Di kalangan aremania, bonek dan bebotoh, para penggemarnya bukan hanya bersifat individu, melainkan dalam satu keluarga menjadi fans yang begitu setia dan fanatik.
Hal serupa terjadi di negara-negara lain seperti Inggris, dimana club sepakbola di sana sudah menjadi bagian dari kehidupan sebuah keluarga. Mereka akan berbondong-bondong datang ke stadion setiap tim kesayangannya bertanding.
Kalau kehabisan tiket pertandingan atau terlalu jauh dari tempat tinggal mereka, maka mereka dengan semangat akan menyaksikan pertandingan yang mereka tunggu-tunggu di televisi. Pada jaman dahulu, mereka akan mendengar siaran langsung melalui radio.
Hal itu terjadi di berbagai negara yang memiliki tradisi sepakbola yang begitu serius, termasuk Indonesia.
Bercermin dari tragedi yang belum lama ini terjadi di Malang maupun tragedi yang hampir serupa di beberapa negara lainnya, seharusnya menjadikan pelajaran penting bagi para pemangku kepentingan. PSSI sebagai federasi sepakbola Indonesia jangan hanya berlindung dibalik aturan statuta PSSI maupun FIFA, melainkan harus punya empati dan tanggung jawab moral dan hukum terhadap tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Adalah menarik untuk mengetahui apa yang terjadi pasca tragedi yang menimbulkan korban besar di Malang tersebut, yaitu pengalaman E. Taru Guritna, MSi, seorang psikolog dari IPO (Ikatan Psikologi Olahraga), bersama rekan-rekannya telah melakukan pendampingan atau penguatan terhadap keluarga korban tragedi sepakbola terbesar di Indonesia.
Sebagai tanda empati terhadap tragedi Kanjuruhan, mari kita saksikan wawancara antara New Inspiration Channel dengan E. Taru Guritna, MSi.
Comments
Post a Comment