Sisi emosi Ratu Elizabeth & Raja Charles dari aspek psikologi & kepemimpinan
Setelah Ratu Elizabeth II wafat, sejarah baru terjadi di Inggris. Untuk pertama kalinya sejak 70 tahun lalu, Lagu Kebangsaan Inggris yang semula God Save the Queen kembali menjadi God Save the King. Kepemimpinan Ratu Elizabeth yang telah melalui berbagai perang dan pergolakan politik dunia maupun di dalam negerinya sudah diakui oleh para pengamat politik maupun para pemimpin dunia lainnya. Kini, Prince of Wales atau Pangeran Charles telah resmi menjadi Raja Britania Raya dengan nama gelar, Charles III.
Sementara itu Pangeran William, putera sulung King Charles III mendapat gelar baru sebagai Prince of Wales yang baru menggantikan posisi sang raja baru. Perubahan nama gelar royal family di kerajaan yang pernah menguasai lautan dunia ini pun berubah.
Setelah Raatu Elizabeth mangkat II, maka Pangeran Charles dinobatkan sebagai King Charles III. Pengalaman Queen Elizabeth sebagai Ratu Inggris selama 70 tahun tentu ada hal unik dari sisi leadership atau kepemimpinan maupun segi psikologi misalnya dalam hal emosi mereka sebagai pemimpin, apalagi dalam memimpin sebuah kerajaan, monarki yang masih eksis sampai saat ini, meskipun ada suara untuk mengubah kerajaan ini menjadi Republik.
Terkait emosi dan leadership dari Ratu Elizabeth II dan Raja Charles III diulas sangat lugas oleh David Knowles seorang expatriate asal Brighton sekitar 80 kilometer dari ibukota London. Ulasan tentang pengaruh emosi dalam kepemimpinan atau leadership sebagai pejabat tinggi pasti menarik untuk disimak bukan hanya oleh mahasiswa psikologi, juga oleh profesi lain, maupun siapapun.
Jika informasi anda anggap bermanfaat dan inspiratif, silahkan bagikan ke jejaring media sosial anda baik di facebook, twitter, WhatsUp Group dan lainnya.
Comments
Post a Comment