Followers

Benarkah Bersih Itu Budaya? Begini Kata Pak Sus

Kalau membaca tulisan PM. Susbandono yang disapa sebagai Pak Sus oleh kerabat dan para sahabat, sudah dipastikan hasil perenungan, dialog atau pengalaman pribadi dan riset. 

Bicara soal riset tidak harus menjelimet atau seseram menulis disertasi atau tesis. Pak Sus biasanya menulis dengan sedikit jenaka, namun tanpa ngenyek. 

Toilet emas (Image: Newyorker.com) 


Karena itu, menarik untuk membaca tulisan Pak Sus, yang mengaitkan toilet🚻🚽dengan budaya bersih. 

Yuk kita simak bersamabersama tulisan Pak Sus. Barangkali bisa menjadi bahan pertimbangan dalam pikiran, ucapan dan perbuatan kita terkait dengan budaya bersih atau bersih yang berbudaya. 


*Bersih itu Budaya*

@pmsusbandono

21 November 2017


_“Bersih itu budaya”._ 


_“Siapa yang bilang?"_   


_"Budayawan, Antropolog, Psikolog atau ahli apa?”._


_“Bukan.  Dia bukan spesialis.  Bukan tokoh.  Bukan juga ahli.  Orang biasa-biasa saja"_.  


_"Mungkin dia ahli kehidupan.  Dia teman saya, yang memimpin kami jalan-jalan ke Jepang, bulan lalu.  Kami memanggilnya Teddy"._


Kami, ber-duabelas piknik ke Jepang.  Menginap di pinggir kota Tokyo, daerah Shinjuku.  


Setiap pagi naik KA cepat, Shinkansen, ke kota-kota lainnya.   Sore atau malamnya, kembali ke hotel yang sama.  Capai tapi menyenangkan.  Bahkan mengesankan.


_“Apa yang membuat terkesan?.  Lantas, apa hubungannya antara bangsa Jepang dengan judul di atas?”._


Itu yang membuat kami heran dan berdecak kagum.  


Semua area yang kami telusuri terlihat kinclong.  Trotoar, pasar, pertokoan, stasiun KA, gerbong KA, terminal bis, tempat rekreasi, toilet umum, perkantoran, sungai, apalagi vihara. Semua bersih, sangat bersih, super bersih.  


Jarang ditemukan sepotong sampah yang tercecer di tempat-tempat itu. 


_“Terus, apalagi yang istimewa dengan bersih itu?”._


Bagi masyarakat yang  berbudaya bersih,  berperilaku bersih bukan sekedar menaati peraturan.  Bersih bukan hanya takut didenda.  Bersih bukan satu-dua kalimat larangan.  Bersih bukan sekedar menuruti nasehat.  


Mungkin mereka malah tidak tahu, mengapa sampai mempunyai kebiasaan bertindak bersih. 


Bersih adalah perilaku yang keluar dari banyak (sekali) orang, pada banyak (sekali) tempat, sepanjang waktu dan dilakukan secara konsisten.  Dan itulah “budaya”.


Ada 2 hal yang membuat kebersihan itu menjadi semakin istimewa.  


Pertama, kami jarang sekali menemukan  petugas kebersihan.  Beberapa kali bahkan sengaja mencari.  Sayang,  tak ketemu.


Kawan lain menukas.


_“Tapi, di banyak toilet perkantoran di Jakarta, juga bersih kok.  Beberapa penggal trotoar di Thamrin-Sudirman juga bersih”._


Si kawan lupa, toilet di perkantoran di Indonesia, selalu dijaga petugas _cleaning service._  Mereka siaga 12 jam per hari dengan kain pel, pewangi dan semprotan pengharum ruangan di tangan dan pundaknya.  


Pernah ada kasus, sang petugas  cuti mendadak, dan belum sampai siang, toilet sudah berantakan.  Air berceceran,  plus bau menyengat ke mana-mana.


Bersih di Jakarta dibuat oleh petugas kebersihan, bukan oleh masyarakat pengguna fasilitas itu.  


Trotoar di Jakarta bersih – itu pun baru beberapa tahun ini - setelah ada petugas berompi merah atau oranye.  Sungai Ciliwung bersih – juga baru beberapa tahun belakangan – bukan diciptakan masyarakat sekitar daerah hantaran  sungai, tapi oleh petugas-petugas yang mulia hatinya, yang sudi membersihkan tong sampah dan WC umum terpanjang di dunia itu.


Kedua,  kami nyaris tak menjumpai tempat sampah di tempat-tempat umum.   Bahkan di lobi hotel pun, membuang sampah bukan suatu pekerjaan yang mudah.   


Semula kami mengeluh, karena ketiadaannya itu.


Menjadi sadar dan semakin kagum, ketika melihat  plang berbahasa Jepang dan Inggris. 


_“Caution : There are no trash bins on Mt. Fuji - Please take your trash home”._  


Sejenak saya tersinggung membacanya.  


Masak kami, turis mancanegara, harus mengantongi sampah dan membawanya pulang ke hotel?. 


Untung, kami segera sadar.  Sampah adalah produk dari proses hidup kita.  Sepantasnya ia menjadi tanggung jawab (pribadi).  Heran, tak terlihat orang protes dengan pengumuman yang  _sengak_ dan tak bersahabat itu.


Bersih itu budaya.  Ia diciptakan oleh semua orang.  Bukan oleh satu–dua petugas kebersihan.  Ia menjadi  _way of life_ dari banyak orang.  Ia keluar dengan sendirinya atas dorongan dari dalam. 


_“It comes from within and can not be imposed”._   


Ia bukan produk dari larangan atau perintah atau ketakutan akan denda atau hukuman.


Budaya dibangun dari kumpulan-kumpulan perilaku.  Perilaku yang keluar spontan dan tulus, hasil dari penanaman   _values_  yang tersimpan jauh di dalam dada manusia.  


Budaya bersih lahir dari tata-nilai  _(values)_ kebersihan yang mungkin sudah ada sejak mereka lahir. 


Ketika balik ke Jakarta, sesaat baru keluar dari terminal 3, bandara Soekarno - Hatta, yang megah, mewah dan mentereng, saya disambut oleh petugas kebersihan di toilet.  Dengan teliti dia menggosok setiap sudut toilet.  Semprotan pengharum di tangan kirinya.  Tongkat pel di tangan kanannya.  


Toilet bandara Soeta tak kalah bersih dibanding _airport_ Haneda. 


Tapi, bersih di Jakarta bukan produk dari budaya.  Ia tak akan bertahan lama, sekali pun terkena  sedikit hanya dari sedikit perubahan saja.   Ketika ada sesuatu yang beubah, bersih itu terbang, entah kemana.  


Bersih yang bukan berasal dari  budaya, tak membawa nilai positif apa pun bagi peradaban manusia.


Lantas bagaimana bisa belajar agar berbudaya?.  


Ciptakan sistem. Ia berguna untuk membangun budaya.  


Sistem yang lengkap dengan aturan yang rinci dan baku, ditegakkan oleh otoritas yang berwibawa, yang memperlihatkan perilaku  _walk the talk,_  yang memberi     _reward_ dan mengganjar  _punishment._


Insya Allah, Puji Tuhan.  Sistem itu lama-lama  akan menjadi tata-nilai, yang kemudian membangun budaya.

 

_“System Creates Culture”._ (Edgar Henry Schein , a former professor at the MIT Sloan School of Management) 

Comments

Total Pageviews

Trending Topic

Testimoni Istri Pendiri Partai Demokrat Sebelum Kubu Moeldoko Konpres di Hambalang

125 Orang Tewas: Ricuh Pasca Laga Arema FC VS Persebaya

Pernikahan Kaesang & Erina | Apa Dampaknya Untuk Indonesia?

KPK Panggil Anies Baswedan

Capres 2024 Sudah "Nyata" Ada atau Masih Misteri?

Progress of Jakarta MRT project

Special massage services at a barbershop in Jakarta

Nasib Jakarta Pasca Anies Baswedan Ditentukan PLT atau Gubernur Baru Hasil Pilkada 2024?

Discover Reog Ponorogo an attractive dance in Indonesia

Habib Kribo Bersuara Lantang Soal Pilpres & Capres 2024

Real Information