Followers

Gaduk - Invasi Rusia di Ukraina


Demo menentang invasi Rusia di Ukraina (Image: pikiran-rakyat.com) 

 *Perang Rusia versus Ukraina :  Saya _Ngga Gaduk_*

@pmsusbandono

8 Maret 2022  

 _“Gaduk?”._


Saya menduga banyak yang tak tahu arti kata itu.  Itu bahasa Jawa yang artinya kira-kira “sampai” atau “jangkau”.  _“Ngga gaduk”_ biasa digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak bisa mengambil sesuatu di tempat yang tinggi.


Begitulah kira-kira yang saya alami ketika mencoba memahami apa yang terjadi di Ukraina ketika diserbu negara besar Beruang Merah.  Benar, saya _ngga gaduk._ Tak bisa mengerti apa dan mengapa hiruk-pikuk itu terjadi.


Kalau saja asal-muasalnya saja tidak _ngeh,_ bagaimana saya harus menentukan sikap?.


Lantas saya memutuskan untuk tidak memihak bahkan sekali pun hanya sekedar mencari tahu sebab-musabab perang itu.

Belum selesai membaca artikel, nonton video atau mendengar cerita yang condong ke Ukraina, langsung dibantah oleh artikel, video atau cerita lain yang bernada sebaliknya.  Belum lagi kalau mendengar kabar bahwa Amerika, NATO dan Tiongkok terlibat dalam kemelut ini.  Setidaknya mereka sebagai pemicu mengapa perang itu meletus.

Herannya, cerita-cerita dari kedua belah pihak nampaknya masuk akal. 


_“Jadi saya harus bagaimana?”._


Kemudian saya berpikir sekedarnya.  Kira-kira begini hasil renungan saya.


Tidak ada orang, kelompok atau negara yang sepenuhnya malaekat atau seratus persen setan.  Baik sisi baik, sisi buruk, mau pun sisi abu-abu selalu mewarnai  kedua pihak yang sedang bertikai.


Apalagi gonjang-ganjing ini berada di ranah internasional.  Latar belakangnya sangat kompleks dan rumit.  Belum kalau ada yang bilang bahwa ini melibatkan aspek sejarah, yang terjadi sejak sekian puluh atau ratus tahun yang lampau.


Sekali lagi, _“Saya ngga gaduk”._


Saya takut menjadi “sok tau”.   

Invasi sebuah negara, apalagi negara yang jauh lebih besar, ke negara yang lebih kecil, harus diprotes, dikecam bahkan dilawan.  Akal sehat dan moral yang menjadi pegangan.

Bahkan perilaku semena-semena dari yang (jauh) lebih kuat, lebih besar, lebih banyak, lebih kaya, lebih keras atau lebih pintar pun, harus dilawan dan dihentikan.  Tentunya dengan perlawanan semampunya. 

Saya rasa begitulah yang menjadi pesan utama agama-agama yang ada di bumi ini.  Kasih dan berkah bagi semesta alam dan ciptaanNya sering disampaikan di mimbar rumah-rumah ibadah.  Bangunlah perdamaian.  Ciptakan ketenangan dan kebahagiaan bagi sesama.

Menjadi pas kalau Republik Indonesia ikut mendukung resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa agar Rusia menghentikan serangan ke Ukraina (2 Maret 2022).  Paling tidak, saya menjadi bagian (sangat) kecil dari suatu negara (besar) yang mencoba untuk menghentikan perang.  Itu sudah cukup.

Sekali lagi, _“Say no to war”._  Perang dalam berbagai bentuk dan manifestasinya harus dihentikan.  Tak dapat ditawar lagi.  Namun,  siapa saja yang ikut membantu atau mendukung terjadinya perang, baik dari sisi sini mau pun sana, dukungan kecil, sedang atau besar,  harus juga dilawan dan dihentikan.  Permusuhan dan kebencian tak muncul bila niat jahat tak keluar dari salah satu atau kedua belah pihak.


PM Susbandono, penulis buku bestseller, motivator dan narasumber ternama di radio dan berbagai seminar human capital maupun topik sosial budaya lainnya(Image: mlc.co.id) 

Tak sepenuhnya saya bisa mengikuti keputusan hati di atas.  Kadang terbawa rasa emosi dan _keminter_ yang membayang-bayangi.  Sekali lagi, dalam suatu perselisihan, tak ada yang sepenuhnya benar dan sepenuhnya salah.  Bisa banyak benar dengan sedikit salah, banyak salah dengan sedikit benar atau benar dan salah sama besarnya. 

Itulah, mengapa saya tak banyak ikut-campur dalam perseteruan  ini di media-media sosial.  Tak ada manfaatnya.  Baik bagi proses perdamaian kedua negara, negara kita atau apalagi  saya.  Jangan sampai perang di nun jauh di sana melebar hingga mencederai rasa kebangsaan dan persatuan Indonesia.  Bukankah pejuang bijak yang sebenarnya adalah mereka yang menghidari perselisihan? 


_“The wise warrior avoids the battle”._ (Sun Tzu,  544-496 SM.  Jenderal Tiongkok kuno , ahli strategi militer, dan filsuf.  Penulis “The Art of War”, pelajaran tentang strategi militer yang berpengaruh terhadap filosofi Barat dan Timur)

Comments

  1. Ahh...amerika selama ini menghisap harta SDA Indonesia tdk kau Gaduk...pintar apa malas tahu

    ReplyDelete

Post a Comment

Total Pageviews

Trending Topic

125 Orang Tewas: Ricuh Pasca Laga Arema FC VS Persebaya

Testimoni Istri Pendiri Partai Demokrat Sebelum Kubu Moeldoko Konpres di Hambalang

Pernikahan Kaesang & Erina | Apa Dampaknya Untuk Indonesia?

KPK Panggil Anies Baswedan

Capres 2024 Sudah "Nyata" Ada atau Masih Misteri?

Progress of Jakarta MRT project

Nasib Jakarta Pasca Anies Baswedan Ditentukan PLT atau Gubernur Baru Hasil Pilkada 2024?

Special massage services at a barbershop in Jakarta

Discover Reog Ponorogo an attractive dance in Indonesia

Habib Kribo Bersuara Lantang Soal Pilpres & Capres 2024

Real Information