Politik Indonesia: Ambisi Politikus VS Keinginan Warga
Setiap orang pasti punya keinginan, cita-cita dan ada ambisi untuk mewujudkannya. Ambisi adalah penyemangat agar cita-cita bisa diperjuangkan karena pasti akan ada rintangan juga penolakan. Kadangkala ambisi dikonotasikan negatif. Alangkah naifnya kalau hanya mengandalkan keberuntungan.
Perjuangan seorang atlet, seniman, pengusaha, ilmuwan dan banyak profesi lainnya yang kini hasil atau karya mereka telah bisa disaksikan dan dimanfaatkan warga dunia, terwujud karena dialiri sebuah ambisi yang kuat. Kerja keras tentu tidak cukup. Di balik itu ada pula orang-orang yang mendukungnya.
Untuk mewujudkan cita-cita dan impian, selain ambisi pasti dipadukan dengan doa, kerja keras dan usaha yang terus menerus tanpa menyerah. Rintangan yang dihadapi adalah perasaan malas, menunda-nunda juga sikap negatif dan gangguan dari pihak lain. Hanya dengan niat baik dan keteguhan hati, cita-cita dapat diwujudkan.
Begitu pula dalam politik, alangkah naifnya jika seorang politikus yang bergabung di sebuah partai kalau tidak memiliki ambisi dan keinginan untuk berkuasa, entah itu sebagai legislator, elite partai atau menduduki posisi eksekutif di pemerintahan maupun di lembaga negara lainnya.
Kalau seorang politikus tidak memiliki ambisi dan semangat, maka dia hanya akan menjadi penggembira di partai itu. Seseorang yang serius menekuni dunia politik dalam praktek, bukan hanya pengamat, maka dia pasti mendengar keinginan atau kebutuhan warga. Dengan niat baik, sang politikus akan mencatat apa yang menjadi keluhan warga.
Politikus yang baik pasti memilih suara rakyat, begitu pula partai politik dan ormas yang menjadi pendukung partai tersebut. Mengabaikan suara rakyat akan fatal akibatnya. Ketika pesta demokrasi diselenggarakan, apakah itu Pilpres, Pileg dan pemilihan anggota DPD atau Pilkada, maka suara partai tersebut akan menurun. Mungkin saja akhirnya tereliminasi dari bursa politik berikutnya.
Karena itu sebuah partai politik juga tidak bisa mengabaikan ambisi kader partainya, apalagi jika kader tersebut sudah memiliki nama di hati warga sehingga dikenal banyak anggota masyarakat. Kalau popularitas kader tersebut juga sudah pernah dibuktikan dengan prestasi dan leadership atau caranya memimpin, maka suara rakyat tidak bisa diabaikan oleh pengurus partai.
Di organisasi apapun, begitu pula di sebuah partai pasti ada anggotanya yang menjadi anak emas, namun belum popular di tengah masyarakat dan ada anggotanya yang sangat popular. Banyak faktor internal yang mempengaruhi untuk sebelum menjatuhkan pilihan pada si anak emas atau mendengar suara rakyat yang mendukung si kader yang disayangi oleh masyarakat banyak.
Kalau sebuah partai memiliki kader yang sudah punya elektabilitas tinggi, maka itulah aset yang harus dipoles sehingga semakin cermerlang, apalagi di era teknologi ini sudah ada media sosial dan format lain yang bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan elektabilitas tokoh itu.
Ambisi dalam bidang apapun adalah penting, yang penting ada cita-cita serta niat baik.
Comments
Post a Comment