Memilih antara estetika & prioritas. Tantangan untuk pemimpin
Memimpin rumah tangga mungkin rumit, bisa juga sederhana. Begitu juga memimpin suatu daerah seperti desa, kota, provinsi dan negara. Sang pemimpin diharapkan oleh warganya untuk membuat warganya sejahtera, maju, modern dan sekaligus keren. Dalam kondisi normal, ada ruang yang lebih luas untuk memperindah dan membuat sesuatu yang unik. Bila perlu monumental dan bisa bertahan sepanjang masa.
Namun di masa yang sulit seperti ketika terjadi pandemi global yang diakibatkan oleh Covid-19 yang menularkan virus Corona, seorang pemimpin tentu mulai harus berfikir yang berbeda daripada sebelumnya.
Ketika Gubernur Anies Baswedan mengutarakan idenya untuk ngecat genteng di salah satu wilayah Jakarta Selatan dengan warna-warni, bahkan dengan ornamen unik seperti ondel-ondel yang merupakan simbol seni budaya khas Betawi, maka timbul suara pro dan kontra.
Setelah proses pengecatan itu selesai, banyak muncul foto-foto dan video tentang keunikan genteng warna-warni tersebut. Komentar pun aneka ragam. Bebeda dengan mural yang biasanya bisa dilihat di tembok atau yang menghiasi tiang jembatan layang, maka genteng warna-warni yang ada di sekitar flyover Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu memerlukan perjuangan untuk menyaksikan keindahannya.
Bisa dibilang inilah sebuah karya yang bernilai estetika tinggi dari segi biaya dan jauh hubungannya dengan manfaat mendesak untuk kebutuhan warga di masa sulit ini.
Hanya pengendara yang melintas di jembatan layang yang mampu melihatnya walau hanya sekilas karena harus fokus mengendalikan kemudi supaya tidak menimbulkan kecelakaan. Jika ada gedung tinggi atau apartemen, maka beruntunglah para penyewa dan penghuni di gedung tersebut. Warga lain yang ada di bawah tentu tidak bisa karena "mural" di atas genteng itu sulit untuk dipandang mata dari jarak dekat.
Kalau kebetulan sedang naik helikopter, maka ada kesempatan untuk melihat uniknya hamparan genteng tersebut dengan lebih leluasa. Jadi, sangat terbatas warga yang bisa menikmati keajaiban genteng tersebut.
Katakanlah biasaya untuk membeli cat, dan ongkos kerjanya berasal dari uang Corporate Social Responsibilty (CSR), bukan uang APBD, maka sangat elok kalau uang yang "lumayan" itu bisa digunakan untuk membantu warga yang terdampak virus Corona secara ekonomi, juga pendidikan anak-anak dan sebagainya.
Lalu, bagaimana pendapat warga terhadap proyek genteng warna-warni ini? Mungkin salah satu video tentang hal tersebut bisa disimak pada tayangan berikut ini:
Bagaimana pendapat anda setelah mendengar opini warga?
Comments
Post a Comment