Antara Jakarta - Surabaya. Melihat Kepemimpinan Anies & Bu Risma
Mungkin benar apa yang pernah dikatakan orang bijak bahwa kehebatan seorang pemimpin bukan dilihat ketika dia terpilih, melainkan ketika dia sedang menghadapi masalah yang tidak biasa, meskipun hal itu diperkirakan akan terjadi di dalam kepemimpinannya.
Seorang kepala daerah seperti bupati, walikota dan gubernur di era demokrasi langsung ini sudah menelorkan beberapa pemimpin yang baik dan punya respon yang bijak ketika terjadi masalah besar. Mereka juga mampu membuat keputusan yang tepat, meskipun tidak mungkin membuat everybody happy.
Menjadi seorang pemimpin poltik dan pemerintahan tidak dipilih untuk menyenangkan semua orang. Para pendukung pun bisa kecewa karena keputusan pemimpin idolanya telah membuatnya kecewa dan tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya.
Munculnya para buruh, mahasiswa bahkan ada pelajar yang terlibat pada demo anti UU Cipta Kerja atau omnibuslaw merupakan peristiwa penting yang bisa menjadi acuan bagi warga untuk melihat sikap kepemimpinan kepala daerahnya.
Demonstrasi merupakan bagian dari pilar demokrasi di free world countries seperti Indonesia, Amerika Serikat, Inggris atau Australia. Adalah tidak mungkin mendengar atau melihat berita di televisi ada unjuk rasa di Korea Utara, Arab Saudi atau Cuba. Warga dan mahasiswa Hong Kong pun kini sudah sulit untuk menyampaikan aspirasi secara bebas di jalanan.
Buah demokrasi yang bisa dipetik para mahasiwa, anggota serikat buruh dan warga masyarakat selain pemilihan umum adalah bisa bebas berdemonstrasi dengan aturan tertentu seperti tidak melewati waktu pukul 18.00 waktu setempat. Etika lainnya adalah tidak melakukan keonaran dan merusak fasilitas umum maupun milik pribadi.
Anarki di negara demokrasi bukanlah pilihan dalam unjuk rasa seperti merusak halte bis, taman, gedung perkantoran, membakar kendaraan dan aksi rusuh lainnya. Dari semua fasilitas itu ada yang merupakan milik negara yang anggarannya berasal dari APBD, APBN atau bersumber dari pajak yang dibayarkan oleh warga, pengusaha, buruh, pedagang, karyawan dan profesi lainnya.
Kerusakan atau hancurnya fasilitas umum pada akhirnya pasti akan diperbaiki dan itu artinya menimbulkan pemborosan baru karena tidak seharusnya keluar. Dana atau anggaran yang ada sepatutnya bisa digunakan untuk membangun proyek padat karya seperti normalisasi sungai dan pembangunan non fisik lainnya, apalagi di saat pandemi global yang diakibatkan oleh serangan COVID-19.
Adalah menarik untuk melihat kepemimpinan Tri Rismaharini atau Bu Risma, walikota Surabaya dan Anies Baswedan atau Anies, Gubernur Jakarta. Warga dan para pengamat bisa melihat perbedaan unik di antara mereka sebagai seorang leader yang terpilih secara demokratis melalui Pilkada yang juga dibiayai dari uang rakyat (pajak) itu.
Bagaimana dengan respon orang awam? Opini warga bisa disaksikan pada tayangan berikut ini:
Comments
Post a Comment